Malam
ini aku duduk sendirian di tengah keheningan. Hembusan angin di alam bebas yang
begitu menusuk. Langit yang begitu cerah
berlukiskan taburan bintang dan senyuman sang rembulan. Ada satu bintang yang
bersinar begitu terang. Dia seperti berkata padaku “Liza, kau tidak sendirian
malam ini”. Kata itu seketika membuatku meneteskan sebulir cairan di mataku.
Ya, aku menagis, rasa pedih akibat secerca masalah yang menggerogoti hidupku
selama seminggu ini. Aku memang btuh
setidaknya 90 menit dalam hidupku untuk merasa tenang dan meluapkan semua
perasaan dan beban yang sudah tidak mampu ditampung oleh jiwa ragaku. Aku
manusia biasa, tidak mampu terus-terusan menggunakan topeng, selalu memendam
semua masalah yang sudah terlalu berat ini. Di tempat ini, aku meluapkan
semuanya. Dengan pikiran yang kembali berpetualang mengingat semuanya.
Perasaan.
Kadang aku berpikir kenapa aku harus tercipta dengan perasaan yang tidak dapat
dikendalikan. Perasaan yang membawaku kepada seseorang yang selalu membuatku
bahagia dan pada akhirnya akan pergi. Perasaan yang membawaku ke lubang cinta
yang sesat. 4 tahun aku mencoba dan memaksa mengendalikan perasaanku untuk
melupakan seseorang di masa lalu yang pergi, tersiksa dengan perasaan sendiri
selama 4 tahun itu hampir membuatku stres, sampai ketika pada waktunya,
perasaan itu mulai hilang dan berpindah ke insang yang baru, yang sempat
membuatku bahagia. Tapi kenyataannya tidak seindah itu, aku menyukai orang yang
seharusnya menjadi saudaraku. Entah darimana perasaan ini bisa tumbuh, entah
kenapa aku bisa menyukainya, padahal aku tau dia memiliki pujaan hatinya
sendiri. Kian hari perasaan ini semakin menggangguku, ada rasa sakit yang
mendalam ketika aku bersama dan berkomunikasi dengannya. Aku hanya berharap
perasaan ini tidak akan semakin menyakitiku dan bahkan aku ingin
menghilangkannya, walaupun aku akan kembali tersiksa dengan melawan perasaanku
sendiri.
Kepribadian.
Mengapa aku diciptakan dengan kepribadian seperti. Aku benar-benar lahir dengan
setumpuk kekurangan dan bahkan hampir tidak memiliki fungsi bagi orang lain. Sadar
akan kenyataan bahwa aku tidak bisa lebih baik dari siapapun dari segi manapun
membuatku merasa sangat tidak berguna. Kadang aku bertanya, apakah aku seburuk
itu sampai-sampai orang yang paling dekat denganku pun selalu membandingkan ku
dengan orang lain tanpa memikirkan apa yang aku rasakan? Salah satu hal yang
paling aku benci dalam hidupku, dibandingkan. Perasaan sakit akibat
dibandingkan dengan orang yang dekat denganku hampir membuatku gila. Aku bahkan
sudah seperti seorang anak yang kehilangan akal sehatnya. Melakukan hal-hal
super negative yang dapat merusak diriku sendiri hanya demi melupakan beban itu
untuk sesaat. Aku tau itu tindakan bodoh, tapi akal sehatku sudah tidak mampu
menahan semua beban itu..
Air
mataku kian deras mengalir mengingat semua masalahyang menggerogoti hidupku.
Seluruh rasa sakit aku tumpahkan di sini. Hanya ini yang bisa aku lakukan,
menyendiri dan meluapkan semuanya, tidak ada seorangpun yang mampu menjadi
sandaranku, kecuali bintang dan hembusan angina yang menemaniku malam ini. Aku
hanya bisa menangis, berharap akan ada secerca harapan untuk merasa lega. 75
menit berlalu di waktu kesendirianku. Ketika aku mulai tenang, aku malah
mendapat pesan yang membuatku semakin merasa sakit
Saudara
tak sedarahku. Benar-benar membuatku merasakan kekecewaan malam ini. Permintaan
bodoh yang dia utarakan kepadaku benar-benar membuat emosiku memuncak. Darahku
seakan mendidih mendengarkan keinginannya melakukan hal bodoh itu. Apakah dia sepengecut
itu? Aku mengerti dengan posisinya yang dipenuhi masalah saat ini. Aku sangat
mengerti dengan segala masalah yang membuatnya terpuruk saat ini. Tidak ada
yang lebih buruk dari perubahan sikap orang-orang terdekat kita karna satu
masalah. Aku mengerti itu. Tapi tetap saja itu bukan alasan untuk melakukan hal
sebodoh itu. Aku sudah berusaha untuk tidak ikut menyalahkannya seperti orang
lain, aku sudah berusaha mengerti posisinya, tapi dia malah mengajukan
permintaan yang sangat bodoh itu kepadaku. Aku sangat merasa kecewa dengan itu.
Apakah mentalnya hanya sebatas itu? Seperti itukah sosok yang aku kagumi selama
ini? Seperti itukah sosok yang selalu membuatku sadar akan kesalahanku selama
ini? Seperti itukah sosok yang menghentikanku dari kebiasaan burukku? Itukah
sosok kakakku yang sebenarnya? Aku benar-benar tidak habis pikir apa yang ada
di otaknya. Orang yang selama ini selalu memberiku semangat malah mau melakukan
itu. Dia berpikir dia hanya bisa menyusahkan orang tuanya? Benar-benar dangkal pikiran orang itu. Apakah dia tidak
bisa berpikir sedikit lebih panjang? Apakah dia tidak berpikir bagaimana
perasaan orang tuanya yang dia anggap disusahkan itu ketika dia benar-benar
melakukan hal bodoh itu? Apakah dia tidak berpikir bagaimana sedihnya perasaan
orang tuanya nanti? Bahkan dia memintaku membuatnya bahagia. Jangan harap, aku
tidak akan pernah melakukan itu karena aku juga tidak akan pernah ikhlas dia
melakukan itu. Malam ini dia benar-benar membuatku berani. Untuk pertama
kalinya aku berani berkata kasar padanya. Untuk pertama kalinya aku berani
memintanya pergi dari hidupku, dan untuk pertama kalinya aku berani memutuskan
hubungan dengannya. Kekecewaanku sudah sangat mendalam, dia tau aku membenci
kata itu. Tapi dia malah ingin melakukannya dan meminta penyebabnya dariku.
Lebih baik aku pergi dan menjadi orang asing daripada menjadi saudara yang
membiarkan saudaranya terjerumus. Dia anggap apa sebennarnya aku ini? Apakah
dia berpikir aku akan tega melihatnya melakukan hal sebodoh itu. Seandainya dia
membaca tulisan ini, aku hanya memohon. Tolong pikirkan masa depanmu, kau
kakakku. Aku tidak bisa melihat orang yang aku sayangi melakukan hal bodoh.
Tolong pikirkan segala perjuanganmu untuk masa depanmu, kau tidak sebodoh itu.
Pikirkan orang tuamu yang berusaha keras untuk masa depanmu. Kau lebih kuat
dari masalahmu, tolong berpikirlah lebih panjang lagi. Aku menyayangimu lebih
dari diriku sendiri. Aku percaya padamu bahkan di saat kau tidak mempercayai
dirimu sendiri. Tolong jangan kecewakan aku, atau kalau aku bahkan tidak
penting untuk menjadi pertimbanganmu, pikirkan orang tuamu, apakah hanya sampai
di sini kekuatanmu melawan masalah? hanya itu permohonanku. Berjuanglah untuk
kebahagiaanmu.
Air
mataku yang tadinya telah kering kini berurai lagi. Aku tidak bisa membayangkan
saudaraku melakukan itu. Terimakasih atas kekecewaan ini, terimakasih telah
membuka mataku… maaf telah menutup pintu komunikasi ini, aku hanya tidak ingin
melihatmu bertindak bodoh. Aku benar-benar merasa kehilangan malam ini, masalahku
belum selesai, ditambah saudaraku yang membuatku sangat merasa kecewa. Entah
apa yang harus aku lakukan untuk terbebas dari semua beban yang bisa membuatku
gila seperti ini. Aku hanya punya waktu mala mini untuk melepaskan semuanya.
Esok hari aku sudah harus kembali menjadi sosok periang yang seakan tanpa
masalah, bertopeng dan membohongi semua orang…. Inilah rintihanku..
0 Response to "SISI LAIN"
Posting Komentar